"Jika engkau bukan anak raja dan bukan anak seorang ulama, maka jadilah seorang penulis" - Al Ghazali

Selasa, 27 Desember 2016

Dakwah: Sebuah Perjalanan

Berbicara tetang Dakwah, akan sangat banyak definisi yang dipaparkan para ahli dan Alim ulama.
namun, rasanya saya sendiri belum mempunyai kapasitas yang cukup untuk membahas hal tersebut.

Dakwah memang terkesan asing di telinga orang yang tidak mengenalnya. Tapi, sebagai seorang muslim setidaknya PASTI ia pernah mendegar kata tersebut. Adalah sebuah kewajiban yang dibebankan kepada setiap muslim dalam jalan Dakwah. Oleh karenanya, ini sudah menjadi pilihan bagi ikhwah dan muslimin untuk menyebarluaskan serta meneruskan perjalanan panjang ini.

Hanya segelintir,
ya, segelintir orang saja yang mungkin tergerak dirinya untuk masuk dalam barisan ini,
mengapa disebut barisan? karena dari barisan/shaff  inilah kita dapat lihat cermin kesolidan ummat. Bila rapat, maka kuatlah ia meski diterjang badai "7 hari 7 malam". Namun, bila ikatan itu renggang, maka pastilah akan sirna seiring zaman.

Dakwah bukan perjalanan yang main-main, di dalamnya terdapat banyak amanah yang sudah dibuat dan mesti ditunaikan. Sebagai muslim dan terlebih lagi mukminin, amanah adalah sebuah beban yang teramat berat, bahkan Imam Al-Ghazali pernah bertanya kepada murid-muridnya: "Apa yang paling berat di dunia ini?". Ada  dari mereka yang menjawab baja, ada pula yang menjawab besi, dan gajah. Semua jawaban itu benar, kata Imam Ghozali. Tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH" (Al Ahzab 72)


Begitulah dakwah, sekumpulan dari amanah-amanah yang terhimpun seperti sebuah bahtera. Setiap bahtera itu memiliki nahkoda beserta awak-awak nya, setiap bahtera itu pula silih berganti seiring waktu berjalan.
Pada konteks kekinian pun, banyak metode yang diaplikasikan dalam berdakwah. Contohnya  seperti bentuk publikasi via social media/daring, forum studi dan kajian ilmiah dan sebagainya. Atau lebih jauh lagi, kita melihat Dakwah sebagai sebuah media perjuangan tidak hanya sekadar labelling pada golongan tertentu saja. Namun, memunculkan kesadaran bahwa seluruh muslim juga memiliki andil dalam hal ini. Bahkan, berbuat kebaikan, menyampaikan serta menyebarluaskannya juga sebuah aktualisasi nilai dakwah meski secara sederhana. Satu hal yang pasti ialah, dakwah itu sifatnya inklusif, bukan lagi sebuah hal yang eksklusif. Setiap orang (muslim) bisa mengambil peran yang penting ini.

Sebuah keniscayaan bagi Dakwah itu sendiri tidak akan lekang oleh zaman, terbuktilah bahwa ucapan saya diawal hanya sebuah "bola panas" hasil pemikiran saya yang tidak berlandaskan fakta. Toh, nyatanya jalan Dakwah masih terus hidup dari sejak dulu, kini bahkan dijamin oleh Rasulullah akan tetap berlangsung hingga akhir zaman. Tidak ihwal seberapa banyak golongan kita kelak. Yang pasti, perjalanan ini akan terus hidup selama masih ada orang mukmin yang percaya, meyakini dan mengamalkan, memperjuangkan jalan dakwah, meskipun iman dalam dirinya itu hanya sebesar biji zarrah (*biji sawi/ partikel yang kecil).

Pada akhirnya, Dakwah bukanlah pilihan semata, bukan  juga sekadar mainan pertaruhan mencari kebenaran. Karena benar adanya bahwa, "kebenaran satu tidak bisa menegasikan kebenaran lainnya", dan kita tidak pernah tau apa diri kita sudah benar sebagaimana mestinya, ataukah justru belum.

Maka, selama masih ada yang percaya bahwa jalan ini BENAR, lanjutkanlah!. Karena, Dakwah itu bak sebuah kewajiban, dakwah juga sebuah pilihan yang bisa kita ambil sebagai amalan.
Dan saya meyakini, jalan Dakwah tidak akan pernah berakhir hanya sampai sini.
Masih banyak rintangan yang menanti di fase-fase berikutnya. Level satu ke level lainnya siap menjadi ajang pembuktian bagi setiap orang yang ingin berjuang di jalan-Nya. Dan inilah, salah satu media yang bisa dijadikan tuk mewujudkan islam yang Rahmatan lil'alamiin kepada seluruh ummat. Insha Allah, semoga.
Share:

Sabtu, 10 Desember 2016

Menengahi Konflik Bisnis Transportasi Berbasis Online vs Konvensional: Studi Kasus Go-Jek Jakarta


Kemacetan di Jakarta membuat pangsa pasar ojek berkembang pesat. Meski tarifnya tak menentu, banyak warga Jakarta dan sekitarnya yang mengandalkan ojek sebagai transportasi sehari-hari. Ojek pangkalan adalah sebuah komunitas atau paguyuban perkumpulan tukang ojek. Disana terdapat aturan-aturan baik tertulis maupun tidak. Contohnya seperti nomor antrian penumpang, jadwal narik, setoran dan sebagainya. keributan seringkali terjadi ketika ada tukang ojek dadakan yang merebut penumpang tanpa mau antri atau bergabung dalam ojek pangkalan tersebut.
Tahun 2011, muncul transportasi berbasis online di Indonesia yakni GoJek. Hadir sebagai social entrepreneurship inovatif untuk mendorong perubahan sektor transportasi informal agar dapat beroperasi secara profesional. Manajemen GoJek menerapkan sistem bagi hasil dengan pengemudi ojek yang berada di bawah naungannya. Pembagiannya adalah, 80% penghasilan untuk pengemudi ojek dan 20%-nya untuk GoJek. Saat ini anggotanya sudah mencapai ribuan driver.
GoJek menawarkan 4 (empat) jasa layanan yang bisa dimanfaatkan oleh para pelanggannya: Instant Courier (Barang), Transport (Angkutan), Shopping (Belanja) dan Corporate (Kerjasama dengan perusahaan untuk jasa kurir)

Para pengguna Gojek, harus mengunduh GoJek Mobile App dari handphone mereka, baru mereka bisa memesan layanan Gojek. Para Gojek dengan mudah mendapatkan konsumen karena sudah mengandalkan kemajuan teknologi, tanpa harus nongkrong menunggu tanpa kepastian menunggu nomor urut antrian jatah narik.

GoJek kemudian merebak menjadi salah satu kata atau topik yang bermunculan di berbagai media. Namun bukannya pembahasan mengenai keunggulan dari layanan ojek unik ini. Tetapi, yang lebih mengemuka saat ini adalah adanya konflik antara pengemudi yang bergabung dengan GoJek dengan tukang ojek pangkalan. Keberadaan layanan GoJek di Ibu Kota Jakarta mulai memicu konflik. Pelan tapi pasti, suara penolakan terhadap Gojek mulai mengalir dari para pengemudi ojek pangkalan. Mereka menganggap eksistensi Gojek mengganggu keberadaan mereka dan membuat mereka merugi. Tukang-tukang ojek yang biasa mangkal di Ibu Kota Jakarta, mulai resah dengan banyaknya pengemudi GoJek yang seliweran di jalan-jalan Ibu Kota.  Persaingan antara pengemudi Gojek dengan pengemudi ojek pangkalan memang tidak dapat dihindari. Kapolda Metro Jaya juga melihat, pro kontra yang terjadi di antara tukang ojek pangkalan dan Gojek lebih diakibatkan oleh masalah persaingan. Ojek pangkalan merasa tersaingi oleh eksistensi Gojek.


Pihak General Manager Corporate Relations Gojek, Sam Diah menyatakan bahwa pihaknya hadir untuk membantu pengemudi ojek pangkalan, dan bukan sebaliknya bersaing dengan mereka.  "Yang paling utama kami sampaikan adalah kami bukan hadir untuk berkompetisi dengan pengemudi ojek pangkalan," kata Sam Diah. Bentuk bantuan yang diberikan Gojek kepada para pengojek menurutnya adalah dengan meningkatkan penghasilan mereka dengan bantuan teknologi. Tak hanya itu, para pengojek ini juga mendapat santunan kecelakaan dan jaminan asuransi kesehatan.  Sampai saat ini, kata Sam Diah, Gojek masih membuka kesempatan bagi pengemudi ojek pangkalan untuk bergabung.


Sampai sat ini, masih belum ada solusi atas konflik antara tukang ojek pangkalan dengan Gojek. Yang lebih dibutuhkan untuk menyelesaikan konflik antara Gojek dengan para ojek pangkalan adalah
aturan yang jelas. Sejauh ini, belum ada aturan yang jelas soal Gojek ataupun Ojek Pangkalan. Sementara aturan legal belum ada, Kapolda bisa mendorong adanya kesepakatan bersama antara Gojek dengan para tukang ojek pangkalan yang tidak merugikan salah satunya.  Misalnya Gojek tidak boleh masuk komplek atau perumahan yang kecil. Biarkan itu menjadi area para ojek pangkalan. Sementara Gojek hanya untuk perjalanan dengan daerah yang lebih jauh. Atau kesepakatan lainnya yang penting tidak ada yang dirugikan.   Tanpa adanya kesepakatan, yang akan dirugikan bukan hanya Gojek dan ojek pangkalan saja, tetapi warga juga. Prinsipnya, dalam menyelesaikan konflik Gojek dengan ojek pangkalan ini, harus tidak ada diskriminasi.

Permasalahan Gojek vs Ojek Pangkalan ini, di masa silam juga pernah terjadi di moda transportasi lain yakni taksi. Di Bandung, saat taksi Blue Bird mulai boleh masuk, supir-supir taksi lokal yang kadang memakai argo kuda kemudian melakukan perlawanan yang mengerikan, taksi Blue Bird dibakar.  Namun kemudian taksi argo kuda di Bandung mulai berbenah diri dari kekerasan yang mereka pernah buat. Mereka mulai disiplin dengan argometernya, disiplin berkendara dan bahkan berseragam.  Dan sekarang banyak orang mengatakan bahwa naik taksi merek apapaun di Bandung lebih aman daripada di Jakarta. Mereka tidak ada yang bergabung dengan Blue Bird, tetapi mereka membenahi sistem mereka menjadi lebih baik.  

Pada akhirnya, segala kegiatan usaha transportasi antara ojek berbasis aplikasi online maupun juga pangkalan (begitupula mobil), harus sama-sama memahami kebutuhan dan juga kondisi masyarakat. Hal ini dikarenakan kebutuhan masyarakat merupakan cerminan akan kebutuhan pelanggan (konsumen) secara riil. Sehingga, bila ada kesepakatan dan juga sikap yang saling memahami antar pihak diharapkan akan menciptakan sebuah iklim usaha yang kondusif dan kompetitif (positif). Tentunya, perlu peran pemerintah untuk meregulasi dan mengawasi setiap kegiatan transportasi ojek ini, terlebih bila menyangkut kebutuhan masyarakat yang cukup penting dalam kegiatan sehari-hari. Selain itu, kedua belah pihak seyogyanya saling bersaing secara sehat dan "main bersih" tanpa menyebabkan konflik yang merugikan semua pihak. Mencoba untuk berorientasi kedepan, menyelaraskan resources  yang dimiliki, demi mensinergikan antara kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tetap menjaga relasi dengan pihak-pihak yang sudah ada.

"Bagaimanapun, semua kembali  pada preferensi masing-masing individu. Yang terpenting dan paling utama adalah kualitas yang baik, adanya jaminan keselamatan, serta keamanan masyarakat nya sebagai pengguna moda transportasi ini."

..padahal naik tetangga haha
===========
Sumber referensi:

1.http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5600fb4f53445/ini-solusi-atasi-bentrokan-ojek-pangkalan-vs-ojek-online.

2.http://www.antaranews.com/berita/367727/pn-jakpus-tolak-gugatan-soal-kemacetan-jakarta

3.http://bisnis.liputan6.com/read/2471422/opini-angkutan-online-antara-kebutuhan-dan-regulasi

===========




Share:

Minggu, 02 Oktober 2016

Senjakala

Semburat mentari di kala pagi,
Bagai fantasia pelipur lara
Dalam terangnya coba kuresapi
Makin lekat, nampaklah korona nya

Ah! sungguh bodohnya diri ini
Bertaruh jiwa raga demi sebungkus harap
Bertarung nalar-logika menikam daya,
Namun nyata binarnya tak kunjung jua

Mungkin tak mengerti,
        sesimpel itu
Hanya bisa memandangi,
     sedapat yang ku bisa
Dimana letak salahku?
       tolong beritahu,
Ingatkanlah, arahkan.
   diri ini berjalan sendiri

Senjakala..

Sibukku mungkin tak seberapa,
                         kasat
Beda ku dengan lainnya jelas,
                        terasa
Hujat aku, tapi jangan hujat Tuhan-ku!
                      sungguh,
Hanya Ia yang mengerti dan memahami..
               segala kurang ku

Senjakala..

Kala senja berganti malam,
Ku ingin bisa tuk sekali lagi saja
Nikmati senja ku dibawah lampu temaram
Ber-angan fana serta merangkai kata,
--Menggapai harap dengan segenggam asa

Baturaja, 2016.



I'll take a rest for a while! :)
Share:

Rabu, 24 Agustus 2016

Those who died with honor


If I could, I wanna ask to MLK.
why do we against the discrimination?

if I could, I wanna talk to Malcolm X.
why we are campaigning the peace and fight the racism?

and if I could, I want to hear from Hasan Al-Banna.
why we must think positively, respecting each other

and spread the truth at the same time?

left to right : Martin luther king Jr. (39), Malcolm X (39), Hasan Al Banna (42)

it is just a number of nice people that facing death too early, just on their 'golden peak' of life.

Of course, they are already dead.
but the idea,
the spirit
and their glory for me or all of us..
still,

a-l-i-v-e!

Share:

Selasa, 23 Agustus 2016

"Politik dan Orang Baik"



POLITIK?
"Ah, kotor!"
"Ah, jahat!"

Benarkah?


source img: merdeka.com


Politik  itu sebenarnya mulia, sama halnya dengan bidang lain. Ini hanya soal bagaimana menjalaninya. Jika dijalani dengan benar, kemuliaan politik dapat dirasakan oleh banyak orang pula. Jika caranya buruk, politik menjadi buruk. 

"Cara akan menjadi wajah. Cara berpolitik kita adalah wajah politik kita"

Persepsi tentang politik yang buruk dan kotor sama sekali tidak menjelaskan kondisi politik. Ia lebih menjelaskan bagaimana kecenderungan politisi kita menjalani politik. Politik dan orang yang menjalaninya adalah dua hal berbeda.

Seharusnya politik diisi oleh orang-orang baik. Orang-orang yang tidak menjadikan politik sebagai lahan pekerjaan, melainkan sebagai pengabdian pada kepentingan banyak orang, bangsa, dan negara.

Kita harus menyambut baik jika ada orang baik yang masuk dunia pollitik, sebab ini pertanda politik akan memberikan harapan. Ketika politik diisi oleh orang-orang baik, hasil kebijakan yang dibuat pasti mementingkan kebaikan bersama. Karena itu, jangan pasang pagar antara politik dan orang baik, karena politik yang baik hanya bisa dihasilkan oleh orang-orang yang berada di dalam pagar.

Jika ada orang baik masuk politik, dukung mereka. Jika orang baik ikut kontestasi politik, menangkan mereka. Jangan membiarkannya bertarung sendiri. Ia pasti kalah jika sendirian. Ia harus dimenangkan ramai-ramai, dimenangkan bersama-sama.

Jika kita membiarkan orang baik bertarung sendirian dalam kancah politik, sesungguhnya kita adalah orang yang mementingkan diri sendiri. Orang egois selalu kehilangan relevansinya bagi lingkungan masyarakat di mana ia tinggal dan hidup. Orang baik yang berpangku tangan melihat politik yang buruk adalah politisi yang buruk. Orang baik yang membiarkan partai politik membusuk adalah politisi yang busuk.

Jika merasa baik, masuklah partai politik. Ia akan segera menunjukkan sejauh mana kebaikan dalam diri kita dan maknanya bagi bangsa. Percuma menganggap diri baik tetapi tak bermakna secara sosial.

Kecakapan dan 'kesholehan' secara individu itu baik, tetapi sungguh tak memadai. 'Kesholehan' individu harus sama besarnya dengan 'kesholehan' sosial. "Masuk surga pun akan lebih baik jika kita mengajak orang lain. Jangan berusaha masuk surga sendirian. Rasanya tidak afdhol, tidak utama".

Politik itu ibarat melati di tengah lumpur kepentingan. Sentuhlah dengan hatimu, bukan kakimu. Hanya dengan begitu putih wanginya terjaga.

Bukan orang baik kalau kita tak pernah berani masuk ke dalamnya. 
"Orang baik sejati adalah orang yang berani masuk dalam lumpur kepentingan, tetapi tidak belepotan saat keluar"

Bukan orang baik juga apabila kita menyendiri di tengah hutan dan asyik dengan dunia sendiri. Kita disebut baik justru karena interaksi kita dengan orang lain memberikan kemanfaatan, memberikan makna bagi apa yang disebut “hidup bersama”.

Source img: azquotes

Sering kita lihat orang baik berbangga justru karena ia tidak berpolitik. Kebanggaan begitu jelas subyektif belaka. Cobalah masuk politik dan kelak kita akan tahu apakah kita benar-benar orang baik.

Banyak orang baik terlihat baik saat jauh dari politik, tetapi saat masuk dunia politik ia segera terlihat aslinya. Power tends to corrupt, kata Lord Acton. Namun jika kita benar-benar menjaga diri dalam politik, sesungguhnya ia adalah jalan paling cepat menuju kebaikan dunia, tentu juga kebaikan bagi kita yang percaya akhirat kelak.

Benar, politik praktis berurusan dengan soal menang-kalah. Tetapi ingat, menang-kalah pun harus mulia caranya, sebab tiada guna kemenangan tanpa keberkahan.

Bagi orang baik, bukan the end justifies the means (tujuan menghalalkan segala cara) seperti postulasi Machiavelli, melainkan the means reflects the end (cara yang mencerminkan tujuan). Tentu, tujuan yang baik hanya pantas dicapai dengan cara-cara yang baik pula.





*Postingan ini adalah ide dan opini yg direpost dari rubrik media selasar.com
ditulis oleh bapak M Hanif Dhakiri, menteri ketenagakerjaan RI (periode 2014-2019).
Share:

Kamis, 11 Agustus 2016

Jalan berliku menuju "Iman" seutuhnya

Al-Iman yazid wa yanqus. (Iman bertambah dan berkurang)

image by: flyingazn.deviantart.com


Tidak, saya sedang tidak bercanda atau sekadar pamer nama saya dalam sebuah sabda Rasulullah.
Ya, demikianlah yang beliau ucapkan sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah, al-Baihaqi dan Ibnu Hibban dari penuturan Abu Hurairah radhiyallahu anhu.

Dalam suatu sumber yang saya baca, mengutip dari kitab Fath al-Bari li Ibn Rajab, disebutkan bahwa iman seorang insan bertambah saat kita sedang mengingat Allah SWT sekaligus takut kepada-Nya. Sebaliknya, saat kita lalai dan lupa kepada Allah SWT berarti iman kita berkurang. Dikatakan juga oleh sebagian ulama, iman bertambah dengan ketaatan kita kepada Allah SWT, dan bekurang karena kemaksiatan kita kepada-Nya. Begitulah kiranya penjelasan ringkasnya.

Lalu, mana yang saya akan gali?
Lebih jelasnya, saya akan coba menggali dari dasar dengan perspektif saya pribadi.
Benar, iman seorang manusia layaknya sebuah grafik, nampak pula sebuah kondisi pasar.
Fluktuasi selalu terjadi. Kadang ada kalanya tren sedang naik dan 'profitable', tak jarang pula bisa mengalami kondisi 'pailit' dan terjerembab ke dalam jurang kerugian.
Pertanyaan besar yang muncul dalam diri saya adalah,
apa itu iman?
.
.
apakah iman kita sudah sebenar-benarnya iman?
.
.
Terlihat liar memang, namun itulah yang saya tekankan.
Kita boleh saja mengakui bahwa kita beriman, menghafal 6 rukun iman sejak usia dini, dan coba memahami maknanya.
Namun, apa implementasinya?
Saya bahkan belum mendapat jawaban pasti definisi iman 'versi saya' sampai saat membuat postingan ini, yang saya ketahui hanyalah asal-muasal kata dan tafsiran para ahli kitab serta orang-orang yang ahli di bidang itu mengenai iman.
Sementara, kita mungkin tahu bahwa seseorang beriman harus dengan sepenuh hati, maka tatkala ia didikte dengan serangkaian aturan yang mengatasnamakan "iman", maka saya katakan itu bukan iman, namun hanya tuntunan menuju iman.

Iman berarti percaya, iman berarti meyakini. Lalu dimana peran manusia?
Ya, disini lah peran sebenarnya.

Kalau saya, anda dan juga orang-orang muslim dihadapkan dengan pilihan, misal : lebih baik sholat atau syahadat?
tentu sebagian besar berkata: "syahadat", alasannya karena ia rukun islam yang pertama.
lalu yang lainnya berkata: "sholat", karena itu representasi keimanan seseorang yang sudah yakin dengan kewajibannya sebagai muslim.
Keduanya benar, dan tidak ada yang salah bagi saya. Mengapa? saya mengada-ada?
Tidak.
Mereka berdua adalah contoh bagaimana orang muslim berpikir dan bertindak. Benar, berpikirlah sebelum bertindak, namun jangan terlalu lama berpikir tanpa pernah melakukan tindakan. Ada dua pihak yang berbeda dalam satu wadah, dan kita tak bisa memungkiri hal ini benar adanya dan tidak ada yang mesti disalahkan.

Kondisi-kondisi seperti inilah yang menjadikan muslim beragam, variatif dan kreatif. Tentu bukan dalam hal akidah, hanya masalah fiqih dan hal-hal lainnya. Jadi tak perlu untuk dipermasalahkan.
Mengenai iman yang naik dan turun, hal itu adalah keniscayaan, saya sendiri merasakan betapa dahsyatnya dan begitu luarbiasa nikmat-Nya ketika saya sedang susah, sedang bersyukur dalam do'a dan usaha, dan hal lain yang membuat saya ingat siapa yang membawa nikmat itu. Disitu lah saya mengimani, disitu lah saya sadar bahwa saya punya Tuhan yang sangat sangat wajib saya percayai dan saya taati perintahnya. 
Bahkan ketika saya menuliskan kata-kata ini seakan saya merasa betul sedang diawasi. Ya, itulah salah satu contoh dari iman, iman yang kokoh nan tinggi.. selalu percaya bahkan terhadap suatu yang tidak nampak baginya. Inilah semurni-murninya tuntunan, bukan hanya tulisan seperti halnya blog saya ini.

Anda muslim, maka anda wajib mempercayai Ghaib. tentu.. Tuhan kita Allah azza wa jalla, ia Ghaib. Jin dan syaithan, mereka Ghaib, namun apa? apa korelasinya sampai keluar konteks bahasan?
Tidak, ini tidak keluar sedikitpun. Ingat apa yang saya tuliskan diawal post saya ini :)? "saya akan menggali dari dasarnya".

Dan..

Inilah..

Inilah iman versi saya.

Kalau lah bisa menyampaikan, maka saya akan berkata: "percaya dahulu dengan hal yang mungkin tidak mudah untuk kita percayai padahal ia begitu nyata, kemudian baru lah percaya pada yang nampak dan mudah dipercayai padahal itu bisa saja fana". 

Begitulah prinsip saya saat ini, banyak fase yang terlewati hingga saat saya studi di bangku kuliah semester tiga ini, saya mencoba ambil jalan tengah guna menghindari noda kelam keganasan emosi yang tak terkurung akal dan pikiran jernih masa lalu, iman yang tak dibungkus amal dan ibadah dengan penuh. Maka, rontoklah iman saya satu persatu, turun lah ia meski saya berteriak lantang dalam diri: "saya beriman, saya lebih ber-iman dari Anda!", Na'udzubillah min dzalik, jangan sampai terulang kembali apa yang saya katakan tersebut.

Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat-Nya untuk saya dan khususnya bagi Anda, pembaca yang singgah di blog saya dengan atau tanpa paksaan, melalui ketertarikan atau dengan keisengan, saya sangat menghargai.

Mari bersama melangkahkan kaki, perlahan demi perlahan namun pasti. Pilihlah jalan mu, pilih lah gayamu, karena aku tak melarang, mereka juga tak melarang (mungkin hanya benci kamu tak sesuai dengannya). Namun, ingatlah selalu apa yang baik bagimu, dan semoga itulah yang memang benar-benar diridhoi oleh-Nya :)
Aamiin ya rabbal 'alamin.


Afwan ala kulli hal, segala khilaf dan salah pasti ada dalam tulisan saya, namun inilah pandangan saya pribadi yang tidak perlu dimaki, cukup kritisi saya.. saya akan membuka diri. InshaAllah :)


Wassalamu'alaykum.
Share:

Selasa, 09 Agustus 2016

Kunjungan Semi-studi ke Bursa Efek Indonesia


Liburan semester genap kali ini memiliki banyak cerita bagi saya, baik yang sudah lewat maupun yang baru akan saya jalani.
Selain memang liburan semester kali ini yang bersamaan dengan momen ramadhan, idul fitri dan juga menjelang hari kemerdekaan, durasi libur yang bisa dibilang cukup lama menambah kesan gabut namun mengasyikkan karena dari situ lah muncul banyak ragam cerita.

Langsung ke topik yang saya singgung di atas,
ya!.. sebuah kunjungan gan n sis,
ke mana?
....
...
..
.
Bursa Efek Indonesia!
Sering disebut juga dengan IDX (Indonesia Stock Exchange),
beuh ntap jiwa! saya ngidam kesini sejak SMA, dan gak kepikir bakal kesampaian akhirnya, hehe

"ok, back to back" -Drake


Awalnya saya diajak ikut sebuah seminar dan sekolah mengenai pasar modal syari'ah oleh seorang teman SMA saya, namanya Arjuno (dulu anak IPA). sedikit cerita saja sekarang dia sedang menempuh kuliah di PNJ dengan program studi yang diambil yakni Adm Bisnis. (kita tahu anak IPA mah bebas)
Beberapa minggu sebelumnya, saya sebenarnya sudah merecanakan ingin ikut sekolah pasar modal (SPM) yang konvensional ke IDX, tapi waktu itu gak jadi, eh sekarang diajak temen yang syari'ah baru bisa benar-benar menyempatkan diri, emang mesti coba yang berkah lebih dulu mungkin ya gan n sis?

Tujuan kunjungannya apa bosqu?
Oke, jadi tujuan saya melakukan kunjungan kesana ya tentunya pengen cari tahu dong info mengenai apa bursa efek itu?, bagaimana orang-orang disana bekerja, lalu lihat-lihat sambil mata melongo ada grafik tab segede gaban beserta komponen pendukung analisa bursa yang mutakhir dan up to date banget.
Namanya saja sudah disetarakan dengan standar global layaknya NYSX (New York Stock Exchange), LSE (London Stock Exchange) dan lain-lainnya. Tentunya dengan penyematan label demikian standar operasional di IDX ini tak boleh sembarangan dan gak jauh berbeda sama yang sudah maju di luar sana.

Lanjut ngetrip hari H, saya berencana berangkat naik motor karena menghindari macet dan memang sudah terbiasa bawa motor ketimbang si gerobak besi yang sim nya entah sudah lumutan di dompet.

Kembali ke tanggal 19 Juli 2016 kemarin, dimulai pada pukul 06.00, saya sempatkan diri sarapan setelah rapih dan menyempatkan untuk sekadar searching rute naik motor ke arah Sudirman. Bukan saya gak tahu atau buta jalan, tapi saya dengar ada pengalihan jalan bagi para bikers yang ingin ke arah Central Business District atau jantungnya kota Jakarta itu, karenanya saya cari supaya gak nyasar.

Perjalanan keluar dimulai dari rumah saya di kawasan Jurangmangu Barat, Pondok aren Tangerang selatan tepat pukul 07.00 pagi sesuai janji dengan teman saya (Arjuno). saya bahkan cukup ngaret mengingat hari itu hari libur yang super mager bagi saya untuk melangkah jalan ke luar rumah, tapi mengingat sudah bayar biaya registrasi sebesar 100 ribu rupiah yang tidaklah sedikit bagi anak kosan yang libur dirumah, seketika itu urung niat males-malesan dan cepet-cepet capcus buat ketemuan di daerah Ciledug, Tangerang.

Sesampainya di Ciledug, ternyata saya belum menemui kawan saya itu, begitu saya hubungi dia ada di sebuah kios depan Dian Plaza daerah pasar lembang, haha fix waktu itu saya merasa banget ada miskomunikasi sebelumnya, dan ya.. maka terjadilah.
Lalu kami memutuskan untuk pindah meetpoint ke daerah Kreo (depan univ. Budi Luhur). Untuk kelancaran perjalanan yang dikejar tenggat rundown mulai pukul 09.00, saya coba berhenti di sebuah showroom mobil untuk memudahkannya. Setibanya di sana, lagi-lagi saya tiba terlalu cepat meski berangkat udah di ngaretin pake banget wkwk ((jiwa anak kosan)).

Akhirnya, setelah menunggu kurang lebih 15 menit, Arjuno tiba dan gak pake banyak cing-cong saya cus ke Sudirman.
Sepanjang jalan banyak galian dan tiang pancang megaproyek MRT yang menyita lahan dan membuat kemacetan semakin parah. namun saya paham, megaproyek ini bukan main-main, Jakarta dan Palembang sedang gencar percepatan pembangunan infrastruktur, diestimasikan proyek ini akan sangat bermanfaat bagi moda transportasi publik di Jakarta dan Indonesia khususnya guna persiapan mobilisasi para atlet dan turis negara-negara di Asia pada pagelaran Asian Games 2018 mendatang.

Satu jam perjalanan, belum sampai senayan. "duh, masih jauh banget nget.." gumam saya lirih.
benar saja, jalan macet memang selalu jadi musuh bagi bikers penglaju macem saya yang melintas wilayah ring urban dan suburban ibukota.
sempat nyasar beberapa kali sampai saya menepi untuk ngasih minum kuda saya (baca: bensin motor) sembari searching lokasi via Waze dan Gmaps dan Juno dengan sabar menunggu saya di tepi SPBU.

"Ok ketemu!, mayan deket nih" pungkas saya dalam hati.
Selepas kuda minum hingga fulltank, saya putar arah bersama Juno ke daerah CBD Sudirman seperti tadi, dan sedikit mengarah ke senayan.
Alhamdulillah.. akhirnya gedung itu mulai nampak di mata ketika saya melihat logo yang familiar. Lingkaran merah berkelir buritan yang entah menyerupai huruf X atau tanda silang.


Gedung dan logo BEI / IDX
image by: indonesia-investments.com




Kami parkir motor di belakang gedung IDX, seberang Panin sekuritas pusat dan dekat dengan tempat rekreasi edukasi indoor anak KidZania.

Masuk ke dalam gedung utama, tiba di tower 2 kami langsung disalami (baca: disambut) mas dan bapak gagah security IDX yang kemudian menanyakan maksud kedatangan kami.

"Mas, ada perlu apa ya?"
"Ini pak, emm mau ikut seminar saham"
"Sekolah pasar modal ya?"
"Ah.. Iya pak! hehe"
"Baik, mas masuk dulu, body checking, silahkan barang bawaanya taro disini saja"

Setelah jelas dan diperbolehkan, barang bawaan kami selanjutnya melalui tahap screening metal detector. Yang unik sekaligus mengagumkan bagi saya adalah sistem keamanannya yang sangat ketat dan komperhensif, bahkan bagi pekerjanya sekalipun (yang saya lihat).
Terhitung sebanyak 3 kali saya melewati proses pemeriksaan dan tas bawaan juga di rogoh sampai saku-saku kecilnya.

Sesampainya di bagian dalam, saya mengambil kartu tanda pengenal bertulis "visitor" yang ditujukan khusus bagi para pengunjung. Kartu itu didapat dengan menukarkan satu dokumen pribadi sampai kunjungan selesai. Saya menukarnya dengan SIM tipe A saya yang hampir tidak pernah digunakan bahkan untuk dikeluarkan sekalipun. dang!.

Selanjutnya kami diarahkan ke lantai 1 dari groundfloor. Jadi di gedung megah nan canggih ini hitungan lantai satu nya dimulai dari lantai setelah GF (eh?) maksudnya dari lantai GroundFloor (GF) lalu 1,2,3 dan seterusnya.

Di lantai dua sudah ada meja registrasi untuk peserta. Benar saja, saya dan Juno telat satu jam lebih dari jadwal semestinya. Tapi, niat kami sudah sampai, raga kami juga sudah, kenapa mesti khawatir untuk sebuah pengalaman dan ilmu bermanfaat? tidak ada kata terlambat bukan? *eaapencitraan

Singkat cerita, kami masuk setelah menyerahkan beberapa dokumen pendukung. Ternyata kondisi di dalam sudah cukup ramai meski ada beberapa bangku yang kosong, Saya dan Juno duduk di baris kedua dari belakang. Di dalam ruangan auditorium ada sebuah layer proyektor dan dua buah led screen di tiap sudut untuk melihat slide pemateri.

Led screen img by : camera




Di sana kami disuguhi banyak hal. Mulai dari dasar pengetahuan investasi, macam-macam portofolio pasar modal (saham,obligasi,reksadana) yang tentunya berdasarkan asas Syari'ah karena saya ambil kelas SPM syari'ah.

Sederhananya, saham ternyata diperbolehkan dalam islam. Kata SAHAM saja diambil dari bahasa arab yakni Ashamun/sahmun' yang berarti "andil" atau "bagian". Seperti artinya, saham berarti ikut ambil bagian dalam sebuah unit usaha dengan penyertaan modal sebagai buktinya.

Dua jam berjalan, saya sudah cukup memahami konsep saham yang sesuai syari'ah dan diperbolehkan untuk transaksi jual-beli, pertama adalah adanya akkad Syirkah, syarat berikutnya dalam jual-beli saham syari'ah adalah saham yang hanya melantai di sektor publik dan non perbankan konvensional maupun industri dengan eksternalitas negatif (rokok, miras, dsb).

Pukul 12.00 waktu ISHOMA, saya dan Juno istirahat sebentar untuk menunaikan sholat Dzuhur.
Setelah 15 menit berselang, saya kembali ke ruangan. Saya yang sedari tiba dalam keadaan perut lapar selama menyimak materi tidak begitu fokus melihat atau mendengarkan. Syukur Alhamdulillah, kami dapat konsumsi yang cukup memuaskan. Sebuah nasi box dan snack kue tak lupa juga air mineral. mantap lah mz mb panitia :') u da real MVP!


Masuk sesi kedua (siang). Saatnya waktu praktek.
Kami diajarkan sebuah aplikasi dari panin sekuritas untuk login akun yang mana untuk bisa membukanya harus daftar melalui sekuritas lewat form atau datang langsung ke bank bersangkutan. Kemudian berbeda dengan sistem bank, saham memiliki rekening tersendiri berupa Rekening Dana Nasabah (RDN). Kegunaanya sama menampung uang, namun RDN hanya diperuntukkan bagi pemegang saham yang akan bertransaksi jual dan beli.
Waktu berjalan, mulai dari cara analisa teoritis dan teknikal sudah diberikan.
waktu menunjukkan pukul 16.00, sesi kedua selesai ditandai juga dengan berakhirnya rangkaian acara Sekolah pasar modal Syari'ah dari IDX pada gelombang ke-11 ini.

Begitu banyak pengalaman dan pembelajaran yang saya dapatkan. Sama halnya dengan melakukan aktivitas ketika perkuliahan, bedanya hanya waktu pada saat liburan. yup, ini baru #ProductiveHolidays gue.



Mungkin cukup sekian sepenggal kisah perjalanan saya dan teman saya dalam rangka kunjungan rekreasi dan edukasi ke bursa terbesar di Indonesia (Diluar bursa Surabaya). Sebagai penggerak roda perekonomian yang mempunyai peran vital dalam mengelola dana asing dan domestik, maka sudah barang tentu hal ini perlu dikembangkan bagi para pemuda-pemudi, teman-teman sekalian dan juga generasi-generasi penerus bangsa agar potensi ekonomi negeri kita bersama sumberdaya manusianya tidak kalah dan tergerus perkembangan zaman. Sekian.

Nubitol calon ESMUD (Aamiin) :p
#Antekkapital #KapitalisSyariah

Share:

Selasa, 02 Agustus 2016

Riuh Sekelebat

Bandwagon, itulah namanya
Kereta idola jalanan raya
Sorak sorai penonton gembira
Menyambut jalan penuh suka cita

Irama nada Do, Re, Mi dan Fa

Melantun melodi dalam ramai kota
Bak sebuah jawab dalam tanya
Bertaut satu, dua dan tiga

Jalan jauh, tempat ditempuh

Hilang arah, semua luruh
Tua-muda tak pandang buluh
Harap dan asa minta dengan penuh

Roda berputar teramat cepat

Sirna, namun bayang terlihat
Makna tersemat tuk 'sang pelompat'
.
Oh, ku sadar hanya riuh sekelebat.
.




Share:
ASSALAMU'ALAIKUM.. SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA. AMBIL MANFAAT, BUANG YANG KURANG BERKENAN :)

Hit and Visitors

@yazid.ulwan / 2022. Diberdayakan oleh Blogger.

Kita dan Bangsa!

Kita dan Bangsa!
cintailah negerimu, bagaimanapun kesenanganmu dengan budaya di negeri sana, pastikan darah juang selalu lekat dihatimu

Labels and Tags

Labels

Catatan Pinggir

Menulis dalam sebuah wadah yang baik demi kebermanfaatan, ialah suatu 'kewajiban' bagi saya meski sepatah-dua patah kata saja. --Jejak--