POLITIK?
"Ah, kotor!"
"Ah, jahat!"
Benarkah?
![]() |
source img: merdeka.com |
Politik itu
sebenarnya mulia, sama halnya dengan bidang lain. Ini hanya soal bagaimana
menjalaninya. Jika dijalani dengan benar, kemuliaan politik dapat dirasakan
oleh banyak orang pula. Jika caranya buruk, politik menjadi buruk.
"Cara akan menjadi wajah. Cara berpolitik kita adalah
wajah politik kita"
Persepsi tentang politik yang buruk dan kotor sama sekali
tidak menjelaskan kondisi politik. Ia lebih menjelaskan bagaimana kecenderungan
politisi kita menjalani politik. Politik dan orang yang menjalaninya adalah dua
hal berbeda.
Seharusnya politik diisi oleh orang-orang baik. Orang-orang
yang tidak menjadikan politik sebagai lahan pekerjaan, melainkan sebagai
pengabdian pada kepentingan banyak orang, bangsa, dan negara.
Kita harus menyambut baik jika ada orang baik yang masuk
dunia pollitik, sebab ini pertanda politik akan memberikan harapan. Ketika
politik diisi oleh orang-orang baik, hasil kebijakan yang dibuat pasti
mementingkan kebaikan bersama. Karena itu, jangan pasang pagar antara politik
dan orang baik, karena politik yang baik hanya bisa dihasilkan oleh orang-orang
yang berada di dalam pagar.
Jika ada orang baik masuk politik, dukung mereka. Jika orang
baik ikut kontestasi politik, menangkan mereka. Jangan membiarkannya bertarung
sendiri. Ia pasti kalah jika sendirian. Ia harus dimenangkan ramai-ramai,
dimenangkan bersama-sama.
Jika kita membiarkan orang baik bertarung sendirian dalam
kancah politik, sesungguhnya kita adalah orang yang mementingkan diri sendiri.
Orang egois selalu kehilangan relevansinya bagi lingkungan masyarakat di mana
ia tinggal dan hidup. Orang baik yang berpangku tangan melihat politik yang
buruk adalah politisi yang buruk. Orang baik yang membiarkan partai politik
membusuk adalah politisi yang busuk.
Jika merasa baik, masuklah partai politik. Ia akan segera
menunjukkan sejauh mana kebaikan dalam diri kita dan maknanya bagi bangsa.
Percuma menganggap diri baik tetapi tak bermakna secara sosial.
Kecakapan dan 'kesholehan' secara individu itu baik, tetapi sungguh tak memadai. 'Kesholehan' individu harus sama besarnya dengan 'kesholehan' sosial. "Masuk surga pun
akan lebih baik jika kita mengajak orang lain. Jangan berusaha masuk surga
sendirian. Rasanya tidak afdhol, tidak utama".
Politik itu ibarat melati di tengah lumpur kepentingan.
Sentuhlah dengan hatimu, bukan kakimu. Hanya dengan begitu putih wanginya
terjaga.
Bukan orang baik kalau kita tak pernah berani masuk ke
dalamnya.
"Orang baik sejati adalah orang yang berani masuk dalam lumpur kepentingan, tetapi tidak belepotan saat keluar"
Bukan orang baik juga apabila kita menyendiri di tengah hutan dan asyik dengan dunia sendiri. Kita disebut baik justru karena interaksi kita dengan orang lain memberikan kemanfaatan, memberikan makna bagi apa yang disebut “hidup bersama”.
"Orang baik sejati adalah orang yang berani masuk dalam lumpur kepentingan, tetapi tidak belepotan saat keluar"
Bukan orang baik juga apabila kita menyendiri di tengah hutan dan asyik dengan dunia sendiri. Kita disebut baik justru karena interaksi kita dengan orang lain memberikan kemanfaatan, memberikan makna bagi apa yang disebut “hidup bersama”.
Sering kita lihat orang baik berbangga justru karena ia
tidak berpolitik. Kebanggaan begitu jelas subyektif belaka. Cobalah masuk
politik dan kelak kita akan tahu apakah kita benar-benar orang baik.
Banyak orang baik terlihat baik saat jauh dari politik,
tetapi saat masuk dunia politik ia segera terlihat aslinya. Power tends to
corrupt, kata Lord Acton. Namun jika kita benar-benar menjaga diri dalam
politik, sesungguhnya ia adalah jalan paling cepat menuju kebaikan dunia, tentu juga kebaikan bagi kita yang percaya akhirat kelak.
Benar, politik praktis berurusan dengan soal menang-kalah.
Tetapi ingat, menang-kalah pun harus mulia caranya, sebab tiada guna kemenangan
tanpa keberkahan.
Bagi orang baik, bukan the end justifies the means (tujuan
menghalalkan segala cara) seperti postulasi Machiavelli, melainkan the means
reflects the end (cara yang mencerminkan tujuan). Tentu, tujuan yang baik hanya pantas
dicapai dengan cara-cara yang baik pula.
*Postingan ini adalah ide dan opini yg direpost dari rubrik media selasar.com.
*Postingan ini adalah ide dan opini yg direpost dari rubrik media selasar.com.
ditulis oleh bapak M Hanif Dhakiri, menteri ketenagakerjaan RI (periode 2014-2019).
0 komentar:
Posting Komentar