"Jika engkau bukan anak raja dan bukan anak seorang ulama, maka jadilah seorang penulis" - Al Ghazali

Selasa, 23 Agustus 2016

"Politik dan Orang Baik"



POLITIK?
"Ah, kotor!"
"Ah, jahat!"

Benarkah?


source img: merdeka.com


Politik  itu sebenarnya mulia, sama halnya dengan bidang lain. Ini hanya soal bagaimana menjalaninya. Jika dijalani dengan benar, kemuliaan politik dapat dirasakan oleh banyak orang pula. Jika caranya buruk, politik menjadi buruk. 

"Cara akan menjadi wajah. Cara berpolitik kita adalah wajah politik kita"

Persepsi tentang politik yang buruk dan kotor sama sekali tidak menjelaskan kondisi politik. Ia lebih menjelaskan bagaimana kecenderungan politisi kita menjalani politik. Politik dan orang yang menjalaninya adalah dua hal berbeda.

Seharusnya politik diisi oleh orang-orang baik. Orang-orang yang tidak menjadikan politik sebagai lahan pekerjaan, melainkan sebagai pengabdian pada kepentingan banyak orang, bangsa, dan negara.

Kita harus menyambut baik jika ada orang baik yang masuk dunia pollitik, sebab ini pertanda politik akan memberikan harapan. Ketika politik diisi oleh orang-orang baik, hasil kebijakan yang dibuat pasti mementingkan kebaikan bersama. Karena itu, jangan pasang pagar antara politik dan orang baik, karena politik yang baik hanya bisa dihasilkan oleh orang-orang yang berada di dalam pagar.

Jika ada orang baik masuk politik, dukung mereka. Jika orang baik ikut kontestasi politik, menangkan mereka. Jangan membiarkannya bertarung sendiri. Ia pasti kalah jika sendirian. Ia harus dimenangkan ramai-ramai, dimenangkan bersama-sama.

Jika kita membiarkan orang baik bertarung sendirian dalam kancah politik, sesungguhnya kita adalah orang yang mementingkan diri sendiri. Orang egois selalu kehilangan relevansinya bagi lingkungan masyarakat di mana ia tinggal dan hidup. Orang baik yang berpangku tangan melihat politik yang buruk adalah politisi yang buruk. Orang baik yang membiarkan partai politik membusuk adalah politisi yang busuk.

Jika merasa baik, masuklah partai politik. Ia akan segera menunjukkan sejauh mana kebaikan dalam diri kita dan maknanya bagi bangsa. Percuma menganggap diri baik tetapi tak bermakna secara sosial.

Kecakapan dan 'kesholehan' secara individu itu baik, tetapi sungguh tak memadai. 'Kesholehan' individu harus sama besarnya dengan 'kesholehan' sosial. "Masuk surga pun akan lebih baik jika kita mengajak orang lain. Jangan berusaha masuk surga sendirian. Rasanya tidak afdhol, tidak utama".

Politik itu ibarat melati di tengah lumpur kepentingan. Sentuhlah dengan hatimu, bukan kakimu. Hanya dengan begitu putih wanginya terjaga.

Bukan orang baik kalau kita tak pernah berani masuk ke dalamnya. 
"Orang baik sejati adalah orang yang berani masuk dalam lumpur kepentingan, tetapi tidak belepotan saat keluar"

Bukan orang baik juga apabila kita menyendiri di tengah hutan dan asyik dengan dunia sendiri. Kita disebut baik justru karena interaksi kita dengan orang lain memberikan kemanfaatan, memberikan makna bagi apa yang disebut “hidup bersama”.

Source img: azquotes

Sering kita lihat orang baik berbangga justru karena ia tidak berpolitik. Kebanggaan begitu jelas subyektif belaka. Cobalah masuk politik dan kelak kita akan tahu apakah kita benar-benar orang baik.

Banyak orang baik terlihat baik saat jauh dari politik, tetapi saat masuk dunia politik ia segera terlihat aslinya. Power tends to corrupt, kata Lord Acton. Namun jika kita benar-benar menjaga diri dalam politik, sesungguhnya ia adalah jalan paling cepat menuju kebaikan dunia, tentu juga kebaikan bagi kita yang percaya akhirat kelak.

Benar, politik praktis berurusan dengan soal menang-kalah. Tetapi ingat, menang-kalah pun harus mulia caranya, sebab tiada guna kemenangan tanpa keberkahan.

Bagi orang baik, bukan the end justifies the means (tujuan menghalalkan segala cara) seperti postulasi Machiavelli, melainkan the means reflects the end (cara yang mencerminkan tujuan). Tentu, tujuan yang baik hanya pantas dicapai dengan cara-cara yang baik pula.





*Postingan ini adalah ide dan opini yg direpost dari rubrik media selasar.com
ditulis oleh bapak M Hanif Dhakiri, menteri ketenagakerjaan RI (periode 2014-2019).
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

ASSALAMU'ALAIKUM.. SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA. AMBIL MANFAAT, BUANG YANG KURANG BERKENAN :)

Hit and Visitors

@yazid.ulwan / 2022. Diberdayakan oleh Blogger.

Kita dan Bangsa!

Kita dan Bangsa!
cintailah negerimu, bagaimanapun kesenanganmu dengan budaya di negeri sana, pastikan darah juang selalu lekat dihatimu

Labels and Tags

Labels

Catatan Pinggir

Menulis dalam sebuah wadah yang baik demi kebermanfaatan, ialah suatu 'kewajiban' bagi saya meski sepatah-dua patah kata saja. --Jejak--