Al-Iman yazid wa yanqus. (Iman bertambah dan berkurang)
Tidak, saya sedang tidak bercanda atau sekadar pamer nama
saya dalam sebuah sabda Rasulullah.
Ya, demikianlah yang beliau ucapkan sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah, al-Baihaqi dan Ibnu Hibban dari penuturan Abu Hurairah radhiyallahu anhu.
Ya, demikianlah yang beliau ucapkan sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah, al-Baihaqi dan Ibnu Hibban dari penuturan Abu Hurairah radhiyallahu anhu.
Dalam suatu sumber yang saya baca, mengutip dari kitab Fath
al-Bari li Ibn Rajab, disebutkan bahwa iman seorang insan bertambah saat kita
sedang mengingat Allah SWT sekaligus takut kepada-Nya. Sebaliknya, saat kita
lalai dan lupa kepada Allah SWT berarti iman kita berkurang. Dikatakan juga
oleh sebagian ulama, iman bertambah dengan ketaatan kita kepada Allah SWT, dan
bekurang karena kemaksiatan kita kepada-Nya. Begitulah kiranya penjelasan
ringkasnya.
Lalu, mana yang saya akan gali?
Lebih jelasnya, saya akan coba menggali dari dasar dengan
perspektif saya pribadi.
Benar, iman seorang manusia layaknya sebuah grafik, nampak
pula sebuah kondisi pasar.
Fluktuasi selalu terjadi. Kadang ada kalanya tren sedang naik dan 'profitable', tak
jarang pula bisa mengalami kondisi 'pailit' dan terjerembab ke dalam jurang
kerugian.
Pertanyaan besar yang muncul dalam diri saya adalah,
apa itu iman?
.
.
apakah iman kita sudah sebenar-benarnya iman?
.
.
Terlihat liar memang, namun itulah yang saya tekankan.
Kita boleh saja mengakui bahwa kita beriman, menghafal 6 rukun iman
sejak usia dini, dan coba memahami maknanya.
Namun, apa implementasinya?
Namun, apa implementasinya?
Saya bahkan belum mendapat jawaban pasti definisi iman 'versi
saya' sampai saat membuat postingan ini, yang saya ketahui hanyalah
asal-muasal kata dan tafsiran para ahli kitab serta orang-orang yang ahli di
bidang itu mengenai iman.
Sementara, kita mungkin tahu bahwa seseorang beriman harus
dengan sepenuh hati, maka tatkala ia didikte dengan serangkaian aturan yang
mengatasnamakan "iman", maka saya katakan itu bukan iman, namun hanya
tuntunan menuju iman.
Iman berarti percaya, iman berarti meyakini. Lalu dimana
peran manusia?
Ya, disini lah peran sebenarnya.
Kalau saya, anda dan juga orang-orang muslim dihadapkan dengan pilihan,
misal : lebih baik sholat atau syahadat?
tentu sebagian besar berkata: "syahadat",
alasannya karena ia rukun islam yang pertama.
lalu yang lainnya berkata: "sholat", karena itu
representasi keimanan seseorang yang sudah yakin dengan kewajibannya sebagai
muslim.
Keduanya benar, dan tidak ada yang salah bagi saya. Mengapa? saya
mengada-ada?
Tidak.
Mereka berdua adalah contoh bagaimana orang muslim berpikir
dan bertindak. Benar, berpikirlah sebelum bertindak, namun jangan terlalu lama
berpikir tanpa pernah melakukan tindakan. Ada dua pihak yang berbeda dalam satu
wadah, dan kita tak bisa memungkiri hal ini benar adanya dan tidak ada yang
mesti disalahkan.
Kondisi-kondisi seperti inilah yang menjadikan muslim
beragam, variatif dan kreatif. Tentu bukan dalam hal akidah, hanya masalah
fiqih dan hal-hal lainnya. Jadi tak perlu untuk dipermasalahkan.
Mengenai iman yang naik dan turun, hal itu adalah
keniscayaan, saya sendiri merasakan betapa dahsyatnya dan begitu luarbiasa
nikmat-Nya ketika saya sedang susah, sedang bersyukur dalam do'a dan usaha, dan
hal lain yang membuat saya ingat siapa yang membawa nikmat itu. Disitu lah saya
mengimani, disitu lah saya sadar bahwa saya punya Tuhan yang sangat sangat
wajib saya percayai dan saya taati perintahnya.
Bahkan ketika saya menuliskan
kata-kata ini seakan saya merasa betul sedang diawasi. Ya, itulah salah satu
contoh dari iman, iman yang kokoh nan tinggi.. selalu percaya bahkan terhadap
suatu yang tidak nampak baginya. Inilah semurni-murninya tuntunan, bukan hanya
tulisan seperti halnya blog saya ini.
Anda muslim, maka anda wajib mempercayai Ghaib. tentu..
Tuhan kita Allah azza wa jalla, ia Ghaib. Jin dan syaithan, mereka Ghaib, namun
apa? apa korelasinya sampai keluar konteks bahasan?
Tidak, ini tidak keluar sedikitpun. Ingat apa yang saya
tuliskan diawal post saya ini :)? "saya akan menggali dari dasarnya".
Dan..
Inilah..
Inilah iman versi saya.
Kalau lah bisa menyampaikan, maka saya akan berkata:
"percaya dahulu dengan hal yang mungkin tidak mudah untuk kita percayai
padahal ia begitu nyata, kemudian baru lah percaya pada yang nampak dan mudah
dipercayai padahal itu bisa saja fana".
Begitulah prinsip saya saat ini,
banyak fase yang terlewati hingga saat saya studi di bangku kuliah semester
tiga ini, saya mencoba ambil jalan tengah guna menghindari noda kelam keganasan
emosi yang tak terkurung akal dan pikiran jernih masa lalu, iman yang tak
dibungkus amal dan ibadah dengan penuh. Maka, rontoklah iman saya satu persatu,
turun lah ia meski saya berteriak lantang dalam diri: "saya beriman, saya
lebih ber-iman dari Anda!", Na'udzubillah min dzalik, jangan sampai
terulang kembali apa yang saya katakan tersebut.
Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat-Nya untuk saya
dan khususnya bagi Anda, pembaca yang singgah di blog saya dengan atau tanpa
paksaan, melalui ketertarikan atau dengan keisengan, saya sangat menghargai.
Mari bersama melangkahkan kaki, perlahan demi perlahan namun
pasti. Pilihlah jalan mu, pilih lah gayamu, karena aku tak melarang, mereka
juga tak melarang (mungkin hanya benci kamu tak sesuai dengannya). Namun,
ingatlah selalu apa yang baik bagimu, dan semoga itulah yang memang benar-benar
diridhoi oleh-Nya :)
Aamiin ya rabbal 'alamin.
Afwan ala kulli hal, segala khilaf dan salah pasti ada dalam
tulisan saya, namun inilah pandangan saya pribadi yang tidak perlu dimaki,
cukup kritisi saya.. saya akan membuka diri. InshaAllah :)
Wassalamu'alaykum.
0 komentar:
Posting Komentar